Dahulu, dahulu buanget ada cerita yang datang dari lembah gunung antah berantah. Hiduplah tiga orang anak yang berbakti pada kedua orangtuanya. Sayangnya sang bunda sudah tiada saat si bungsu dilahirkan.
Suatu hari ayahnya yang memang sudah memasuki usia senja jatuh sakit. Karuan saja ketiga anak sholeh ini kelabakan nyariin obat biar ayahnya sembuh. Mereka berjalan dari satu tabib ke tabib yang lain. Mendaki gunung lewati lembah. Dari lembah satu mereka berpindah (lebay ah!). Hmm, lanjut. Akhirnya setelah mereka kepayahan nyariin tabib yg sanggup ngobatin ayahnya, atas izin Allah mereka dipertemukan dengan seorang tabibah (tabibnya cewek boy!) yang ecek2. Penampilannya pun jauh dari kesan sakti. Untuk ukuran era jaman baholak, pakaiannya hampir terlihat modern. Yah, 11 12 deh sama Jupe, cuman dia nggak pake operasi segala. Hahaha. Maklumlah, mode kan selalu didaur ulang, bukan berkembang.
Bukannya nyembuhin, eh si tabibah itu malah nyuruh si anak mendaki lebih tinggi lagi. “terserah elu2 pade, mau disembuhin kagak bokap lu itu!” kira2 gitu kata2nya yg bikin ketiga anak ini bergetar. Saking besar kecintaannya, apapun resikonya tetap dihadang. Mereka tetap mendaki untuk memetik bunga Wijayakusuma yang dari versi sang tabibah hanya itu obat dan bunga satu2nya yang ada di bumi saat ini.
Ditengah perjalanan, ketiga anak terus dihadang bahaya. Bahaya yg paling klasik mereka dipertemukan dengan srigala ganas. Setelah bepikir panjang, akhirnya mereka memisahkan diri. Si sulung berlari ke belakang, si tengah berlari ke kanan, dan si bungsu berlari ke kiri. Namun malang benar nasib si bungsu, ternyata dagingnya yang empuk membuat srigala jatuh hati padanya. Ia dipilih srigala untuk menghadiahkan dagingnya. Ia terus berlari, sampai akhirnya terpojok pada tepi sebuah tebing. Tak ada pilihan lain, pikirnya. Sementara di belakang srigala terus mengejarnya. Pikirannya buntu, yang ia lihat di depan ada tebing curam, dibawahnya bebatuan dengan dialiri air dari puncak gunung. Busyet! Dia melompat dan aaaaaa…
Sedikit matanya terbuka. Heuh…lompatan yg cerdas! Si bungsu masih hidup.
Ia ditemukan kepala suku desa tersebut. Katanya “siapa aku? Kenapa kepalaku sakit?”. Persis kayak aksinya Jackie Chan. Hanya saja si anak kagak pake lari2 terus teriak2:“Who am I?”. Kepala suku terheran2. Dahinya berkerut2. Malang benar nasib si anak ini, desahnya. Sambil tersenyum licik, pikiran lain mulai menggerogotinya. Dasar kepala suku sialan!!!. Kata sang kepala suku “Nak, kau itu adalah anak buahku. Kau terjatuh saat mencari kayu di hutan, makanya kepalamu sakit. Setelah sembuh, kau harus nyari kayu lagi yah!”.
Akhirnya setelah anak itu sembuh, tiap hari aktivitasnya adalah nyari kayu buat sang kepala suku. Sama sekali tak tersirat dalam ingatannya untuk meneruskan langkah mencari bunga yg bisa menyembuhkan ayahnya. Mengingat saudara2nya pun sepertinya tidak.
@@@
Kasian bener si anak. Niat awal nyari obat buat bokap, eh malah dimanfaatin sama kepala suku. Mending jadi menejer kehutanan gitu biar sedikit mentereng, eh ini mah nyari kayu.
Kalo si bungsu tadi kena amnesia, trus gimana dengan kita? Masak sih kita kena amnesia? Trus, siapa sih kamu? Siapa sih kita? Terus? Terus?
Pertanyaan sepele semacam ini mau tidak mau menuntut kita untuk dipecahkan. Minimal satu semester cukuplah. Heh! bodok amat, apa manfaatnya buatku mikirin pertanyaan kecil kayak gitu? Anak SD mah udah nglotok!.
Ya… terserah, kalu eluelu pengen amnesia kayak si bungsu tadi ya silakan. Digaji dengan pekerjaan rendahan, nggak tau dimana, setelah dari sini mau ngapain, yg dia tau cuma nyari kayu nyari kayu nyari kayu, tanpa tahu motivasinya apa. Ya kan? Makanya tulisan ini tolong jangan cuma jadi bacaan waktu luang, atau cuma nglegakke penulisnya. Tapi setidaknya bisa 3D (dilihat, diraba, diterawang maksunya?). Hush ngawur! Dipahami, direnungkan, dan diterapkan.
Yuk mari…
Siapa sih kamu? Barangkali ada jawaban beragam. Aku adalah anak gembala, eh bukan ya! aku adalah seorang mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, anak, suami, istri, priyayi, nyai, dan sebagainya. Masih banyak lagi jawaban yang tentunya beda-beda sesuai profesi kamu saat ini.
Sob, terserah apa profesimu. Yang pasti dari sekian banyak profesi yang tersebut di atas kita adalah makhluk Allah, betul? Dari mana bisa ngemeng betul2 aja? Hehe, yup! Kita perlu lihat disekitar kita. Ada 3 komponen besar; alam, manusia, dan kehidupan. Njuk pie? Sabar ah!. Ketiga komponen tersebut sifatnya terbatas, lemah, dan serba kurang. Mau bukti? Makannya ngaji dong!. Nah, sifat2 semacam itu otomatis meminta sesuatu yg tidak terbatas, kekal, sempurna, tidak pernah diciptakan, dan tidak pernah dimatikan. Siapa Dia itu?
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang … sesungguhnya pada semua itu terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Albaqarah: 164).
Untuk bener2 menekankan bahwa Allah pencipta kita, beberapa kali Ia mengulang di ayat lain dengan redaksi yg hampir2 mirip. Jadi jelas, Yang Maha Esa adalah Allah. So, kesimpulannya kita diciptaka oleh Allah, dan kita adalah makhluk Allah.
Nah, saat ini kita lagi numpang di sebuah daratan dikelilingi air yang orang bilang ini bumi. Ini nih yg paling penting. Kebanyakan orang2 mulai amnesia di titik ini. Makannya biar nggak amnesia, kita perlu digempur dengan pertanyaan “sebenernya kita di bumi mau ngapain sih?” makan, minum, tidur, maen sepuassssnya! It’s okey, mumpung hidup cuma sekali, satu kali, jangan pikirkan lagi…jangan lagi, kita tidak berlari, bukan lari…heh malah nyanyi!!!
Yakin Allah yang menciptakan kita bukan? Makannya kita perlu tahu maksud Allah ngada-in kita di bumiNya itu buat apa. Yuk kita Tanya sama sama! Ayuk.
“Aku tidak menciptakan jinn dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu” (Adz-Dzariyat:56).
Hha, Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada Allah dengan sebener2nya ibadah. Maksudnya gini, dalam hal pembahasan hukum syara’, ibadah itu tidak hanya ibadah ritual; Sholat, puasa, puasa sunah, zakat, haji, shalat rawatib, shalat lail. Bush!!, buang jauh2 paradigma semacam itu. Itu ASLI pemikiran buatan orang sekuler biar kita kita lupa oleh hukum2 islam yang sempurna.
Masih banyak lagi hukum syara yang harus kita kaji. Ada hukum Allah seputar kita dengan diri kita sendiri (5%), dengan Allah (5%), dan yg paling besar proporsinya dengan orang lain (90%) yaitu hukum pidana islam, ekonomi islam, pendidikan islam, social budaya islam, politik, dan pemerintahan islam. Kita tidak bisa mengambil sebagian, dan membuang sebagian. HARUS, wajib ‘ain diterapkan semuanya. Karena hukum Allah diatas adalah sebuah system yang menyeluruh.
Lalu kenapa kita harus cape2 manut sama hukum Allah? Bukannya selagi muda kita bisa hidup sebebas kita? Bukannya kita ini punya pilihan untuk bebas lepas riaaaa…Hmm lagi-lagi ini pikirannya orang kapitalis yang pengen menghancurkan diri kita.
Buat mereka (kapitaliser) mah itu pilihan mereka sendiri, terserah. Tapi buat kita yang ngaku ciptaan Allah, hidup di buminya Allah, dan pengen menghamba pada Allah, kita dinanti oleh pertanggung jawaban di akhirat kelak. Setiap detik yang kita lakukan di dunia akan dicatat dan dmintai pertanggungjawabannya di hari penghisaban. Bahkan Allah menjanjikan surga bagi kita yang berat amal baiknya, dan neraka bagi kita yang berat timbangan amal buruknya. Ingat, Allah melihatmu kawan.
So, selagi di dunia puas2in untuk mencari pahala dan ridho Allah, bukan dipuas2in sebebas mungkin. Biar catatan amal kita berat di amal baik. Ntar kalo udah berhadapan dengan penghisaban bakalan nyesel, aduhhh amit2 jangan sampe deh!. Caranya dengan menerapkan semua hukum Allah tanpa kecuali dengan niatan untuk beribadah kepada Allah. Nggak pernah tanggung2 Allah menganalogikan. Kehidupan dunia ini Ia sebut seperti setetes air, sedangkan kehidupan akhirat Ia sebut sebagai sekumpulan air samudera di seluruh dunia ini. Rugi bandar jika melewatkan kehidupan akhirat yang luas nikmatnya berjuta2 lipat daripada nikmat di bumi ini. Kalo nikmat aja segitu apalagi laknatnya? Ihh ngeri!!!
Dengan berfikir cemerlang semacam ini, kamu-kamu bakal jadi istimewa. Yang mahasiswa jadi mahasiswa yang lain dari yang lainnya. Yg aktivis bakal jadi aktivis luar biasa, yg jadi ibu rumah tangga, bukan ibu rumah tangga biasa. Pokoknya istimewa deh. Jarang yg punya pemikiran kayak gini. Pemikiran semacam ini yg kemudia mendorong kita beda dengan yang lainnya, yang nggak bikin kita amnesia kayak yang lainnya. Eitz, tapi dengan catatan harus diterapkan sesuai syari’at dan niat ibadah karena Allah. Oke?
2 jam, Semoga kemuliaan Islam segera kita raih di Bumi Allah ini…
Meng-upgrade diri sendiri dan teman2 semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar