Sob, lagi-lagi dunia pendidikan digegerkan oleh
maraknya aksi genk motor yang terjadi di Jakarta. Nampaknya aksi-aksi genk
motor semacam itu lebih brutal dibandingkan aksinya Iko Uwais saat menangkap
gembong narkotika dalam Film terbarunya. Kalo Iko cs aja merelakan dirinya
menghadapi bahaya demi menjalankan misi kepahlawanannya, tapi genk motor ini
justru membabat habis warga yang tak berdosa sekalipun.
Bayangin aja, dalam kurun waktu akhir Maret hingga
pertengahan April ada sekitar 7 kali aksi kekerasan dan pengrusakan yang
terjadi di Jakarta. Lebih dari itu, aksi brutal sekitar 40-an anggota juga
menewaskan tiga orang warga dan melukai sejumlah orang serta menyerang
fasilitas umum.
Aksi kekerasan genk motor semacam itu ternyata nggak
cuma terjadi di kota metropolitan yang terkenal lebih padet daripada
daerah-daerah lainnya, tapi juga merambah ke beberapa daerah. Di Makassar yang
jauh dari peradaban ibu kota misalkan, sekawanan genk motor juga melakukan aksi
anarkisme yang berujung pada kematian seorang mahasiswa. Aduh aduuuh..
Mirisnya lagi nih, personil genk motor itu bukan
orang bangkotan yang nganggur karena diPHK atau udah pensiun. Tapi justru
remaja-remaja usia belasan tahun kayak kita-kita ini. Udah gitu, anggotanya pun
nggak melulu anak cowok yang terkenal suka otomotif, tapi remaja cewek juga
punya jamaah sendiri. Masih inget Genk Nero yang suka tawuran itu kan? Itu aja yang
bisa diekspose berita dan terjangkau oleh mata kita, lah yang nggak kita
ketahui jumlahnya pasti lebih banyak lagi.
Sob, rasanya udah jamak bin umum banget deh tawuran
menghiasi berita nasional kita. Apalagi tawuran antar genk yang sebenernya asal
perkaranya juga nggak jelas, rebutan cowoklah, malaklah, inilah, mending
kekerasan itu nggak terjadi di kompleks sekolah, eh ini rata-rata terjadi di
sekolah.
Ngomong-ngomong saol sekolah, masih anget beberapa
hari yang lalu kita baru aja nyelesein Ujian Nasional. Hasilnya..parah, super
parah. Kejujuran rasanya hanya seperti kacang ompong yang tak bernilai apapun.
Seperti diungkap oleh oknum guru (nama disamarkan) beberapa hari yang lalu di
sebuah stasiun televisis swasta, untuk meluluskan siswanya bukan hal yang
terlalu diambil pusing. Mulai dari budaya turunan nyontek, pengawas yang
pura-pura nggak tahu sampai jual beli jawaban, semua itu sudah menjadi hal yang
biasa di institusi yang benama pendidikan. Institusi yang sejak kecil mengajarkan
kejujuran. Akunya, beberapa guru dan kepala sekolahpun ikut andil dalam bisnis
terlaknat ini. walah..
Setelah ujian selesai semuanya sudah berubah seperti
kacang lupa pada kulitnya. Yang tadinya mendadak menjadi rajin ke masjid buat
shalat dhuha, habis ujian sepi. Yang biasanya belajar sampe mata pada bengkak,
sekarang juga sepi. Seolah rajin itu hanya pada saat mau ujian. Parahnya lagi
setelah pengumuman kelulusan biasanya dirayakan dengan konvoi jalanan, tak
jarang konvoi tersebut merusak beragam fasilitas bahkan sampai membuat pengguna
jalan ketakutan.
Korban salah gaul rata-rata emang adalah remaja yang
terdidik, tapi tingkanya nggak mencerminkan sebagai orang yang berpendidikan.
Lihat aja, angka aborsi semakin meninggi dari waktu ke waktu, pelakunya siapa
lagi kalau bukan anak ingusan yang nggak mau dibilang anak kecil macam kita
ini. Sampai saat ini kondom menjadi penjualan yang paling laris oleh siswa yang
baru merayakan kelulusan (http://kesehatan.kompasiana.com),
pesta esek-esek ini nggak menutup kemungkinan juga adanya pesta lain semacam
pesta narkoba dan minuman keras.
Sob, miris memang melihat fakta-fakta di atas. Tapi
itulah fakta yang nggak bisa kita hindari, mau merem, mau melek atau mau merem
melek, tetep aja faktanya kaya gitu. Itulah output pendidikan hasil karya
kurikulum berdasarkan standar materi (baca:uang) yang begitu mengedepankan
teori daripada praktek, nggak ada bagus-bagusnya deh.
Nggak ada kan ada mata pelajaran yang bisa nyelesein
persoalan hidup kita? Bisa ngatasin masalah pas kita lagi kepepet nggak ada
duit, sementara tunggakan sekolah menggunung? Bisa ngarahin kita-kita yang lagi
belajar menjadi diri sendiri? Atau bisa ngatasin persoalan kita yang lagi galau
karena dilanda virus cinta? Pol mentok kita dapet pelajaran agama cuma dua jam
per minggu, itupun nggak bisa jamin kita bisa nyelesein problem kita sebagai
remaja.
Mau kelas berapapun kita sekarang, islam butuh
kontribusi kita sob. Islam butuh sosok generasi yang cerdas, cool, keren, dan confident dalam segala bidang. Kita nggak selamanya muda, dua atau
tiga tahun lagi kita pasti akan tua. Suatu saat nanti kita yang akan
menggantikan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sekarang lagi memimpin di garda
depan. Baik yang mau jadi pejabat, dokter, jadi perawat, jadi dosen, teknisi,
peneliti ataupun MA (Mahasiswa Abadi, haha). Masak iya sih seorang future leader tingkahnya kayak preman?
Bener sih, pendidikan ala kapitalis seperti sekarang
ini hanya menghasilkan pejabat korup, dokter-dokter yang mal praktek.
Perawat-perawat yang nggak becus ngurusin pasien. Dosen yang nggak begitu cakap
dalam membimbing mahasiswanya, teknisi yang kurang bisa dihandalkan, dan
peneliti yang kurang bertanggung jawab. Sebenernya masa muda orang-orang
semacam itu sangat berpengaruh terhadap masa depannya hari ini. Mereka yang
jadi pejabat korup udah bisa ditebak seperti apa masa lalunya. Yaa.. dulu-dulunya
pasti nggak jauh-jauh amatlah sama hura-hura, nongkrong, males ngerjain tugas,
ngegame dan maen. Beda sama anak yang rajin.
Sob, pendidikan ala islam beda jauh sama pendidikan
kapitalis yang udah kita beberkan di atas. Islam mengajarkan seseorang untuk
gaul, tapi gaul yang syar’i. Gaul yang syar’i nggak akan membuat seseorang
dicap sok alim, sok suci, maupun sok-sok yang lain. Gaul dalam islam berarti
ketaatannya terhadap hukum-hukum Allah. Gaul syar’i akan menjadikan kita siswa
yang istimewa, cerdas, disenangi banyak teman, cool dan profesional dalam berkarya,
karena orang yang gaul secara syar’i selalu menyadari akan adanya penghisaban
dalam setiap amal perbuatannya.
Gaul syar’i tentu nggak akan kita dapetin di bangku
sekolah, tapi dengan mengikuti kajian-kajian keislaman yang rutin sehingga bisa
membuat kita-kita lebih cerdas. Inget, belajar tsaqafah (ilmu) keislaman itu wajib lhoh.. kata rasul “belajarlah
dari buaian hingga liang lahat”. Itu berarti selama kita hidup, selama itu pula
kita harus belajar islam. Nggak ada yang namanya menamatkan pendidikan dalam
menuntut ilmu islam.
Kalau ilmu islam udah dikantongin, jangan lupa
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. banyak penelitian yang mengatakan bahwa
sesuatu yang hanya tresimpan di otak tidak akan bertahan lama kecuali dilakukan
/ diamalkan. Itulah kenapa kita inget pelajaran pas ujian doang, besok pagi
setelah ujian pasti udah kabur. Setelah diamalkan maka langkah ketiga untuk
menjadi gaul syar’i adalah dengan mendakwahkan. Dakwah ini adalah aktivitas
yang mulia, hukumnya juga wajib bagi laki-laki maupun perempuan.
Firman Allah “Dan
orang-orang yang beriman laki-laki maupun perempuan, sebagian merekla menjadi
penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, medirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
kepada Allah dan rasulNya. Mereka akan diberikan rahmat oleh Allah dan
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At Taubah : 71).
(Senjabiru)
maantaap~ ahahahaha~
BalasHapusmakasih broo ~ahahahaha~
BalasHapus