Jumat, 27 April 2012

Pendidikan Salah Gaul


Sob, lagi-lagi dunia pendidikan digegerkan oleh maraknya aksi genk motor yang terjadi di Jakarta. Nampaknya aksi-aksi genk motor semacam itu lebih brutal dibandingkan aksinya Iko Uwais saat menangkap gembong narkotika dalam Film terbarunya. Kalo Iko cs aja merelakan dirinya menghadapi bahaya demi menjalankan misi kepahlawanannya, tapi genk motor ini justru membabat habis warga yang tak berdosa sekalipun. 

Bayangin aja, dalam kurun waktu akhir Maret hingga pertengahan April ada sekitar 7 kali aksi kekerasan dan pengrusakan yang terjadi di Jakarta. Lebih dari itu, aksi brutal sekitar 40-an anggota juga menewaskan tiga orang warga dan melukai sejumlah orang serta menyerang fasilitas umum.
Aksi kekerasan genk motor semacam itu ternyata nggak cuma terjadi di kota metropolitan yang terkenal lebih padet daripada daerah-daerah lainnya, tapi juga merambah ke beberapa daerah. Di Makassar yang jauh dari peradaban ibu kota misalkan, sekawanan genk motor juga melakukan aksi anarkisme yang berujung pada kematian seorang mahasiswa. Aduh aduuuh..

Mirisnya lagi nih, personil genk motor itu bukan orang bangkotan yang nganggur karena diPHK atau udah pensiun. Tapi justru remaja-remaja usia belasan tahun kayak kita-kita ini. Udah gitu, anggotanya pun nggak melulu anak cowok yang terkenal suka otomotif, tapi remaja cewek juga punya jamaah sendiri. Masih inget Genk Nero yang suka tawuran itu kan? Itu aja yang bisa diekspose berita dan terjangkau oleh mata kita, lah yang nggak kita ketahui jumlahnya pasti lebih banyak lagi.

Sob, rasanya udah jamak bin umum banget deh tawuran menghiasi berita nasional kita. Apalagi tawuran antar genk yang sebenernya asal perkaranya juga nggak jelas, rebutan cowoklah, malaklah, inilah, mending kekerasan itu nggak terjadi di kompleks sekolah, eh ini rata-rata terjadi di sekolah.
Ngomong-ngomong saol sekolah, masih anget beberapa hari yang lalu kita baru aja nyelesein Ujian Nasional. Hasilnya..parah, super parah. Kejujuran rasanya hanya seperti kacang ompong yang tak bernilai apapun. Seperti diungkap oleh oknum guru (nama disamarkan) beberapa hari yang lalu di sebuah stasiun televisis swasta, untuk meluluskan siswanya bukan hal yang terlalu diambil pusing. Mulai dari budaya turunan nyontek, pengawas yang pura-pura nggak tahu sampai jual beli jawaban, semua itu sudah menjadi hal yang biasa di institusi yang benama pendidikan. Institusi yang sejak kecil mengajarkan kejujuran. Akunya, beberapa guru dan kepala sekolahpun ikut andil dalam bisnis terlaknat ini. walah..

Setelah ujian selesai semuanya sudah berubah seperti kacang lupa pada kulitnya. Yang tadinya mendadak menjadi rajin ke masjid buat shalat dhuha, habis ujian sepi. Yang biasanya belajar sampe mata pada bengkak, sekarang juga sepi. Seolah rajin itu hanya pada saat mau ujian. Parahnya lagi setelah pengumuman kelulusan biasanya dirayakan dengan konvoi jalanan, tak jarang konvoi tersebut merusak beragam fasilitas bahkan sampai membuat pengguna jalan ketakutan.

Korban salah gaul rata-rata emang adalah remaja yang terdidik, tapi tingkanya nggak mencerminkan sebagai orang yang berpendidikan. Lihat aja, angka aborsi semakin meninggi dari waktu ke waktu, pelakunya siapa lagi kalau bukan anak ingusan yang nggak mau dibilang anak kecil macam kita ini. Sampai saat ini kondom menjadi penjualan yang paling laris oleh siswa yang baru merayakan kelulusan (http://kesehatan.kompasiana.com), pesta esek-esek ini nggak menutup kemungkinan juga adanya pesta lain semacam pesta narkoba dan minuman keras. 

Sob, miris memang melihat fakta-fakta di atas. Tapi itulah fakta yang nggak bisa kita hindari, mau merem, mau melek atau mau merem melek, tetep aja faktanya kaya gitu. Itulah output pendidikan hasil karya kurikulum berdasarkan standar materi (baca:uang) yang begitu mengedepankan teori daripada praktek, nggak ada bagus-bagusnya deh. 

Nggak ada kan ada mata pelajaran yang bisa nyelesein persoalan hidup kita? Bisa ngatasin masalah pas kita lagi kepepet nggak ada duit, sementara tunggakan sekolah menggunung? Bisa ngarahin kita-kita yang lagi belajar menjadi diri sendiri? Atau bisa ngatasin persoalan kita yang lagi galau karena dilanda virus cinta? Pol mentok kita dapet pelajaran agama cuma dua jam per minggu, itupun nggak bisa jamin kita bisa nyelesein problem kita sebagai remaja. 

Mau kelas berapapun kita sekarang, islam butuh kontribusi kita sob. Islam butuh sosok generasi yang cerdas, cool, keren, dan confident dalam segala bidang. Kita nggak selamanya muda, dua atau tiga tahun lagi kita pasti akan tua. Suatu saat nanti kita yang akan menggantikan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sekarang lagi memimpin di garda depan. Baik yang mau jadi pejabat, dokter, jadi perawat, jadi dosen, teknisi, peneliti ataupun MA (Mahasiswa Abadi, haha). Masak iya sih seorang future leader tingkahnya kayak preman?

Bener sih, pendidikan ala kapitalis seperti sekarang ini hanya menghasilkan pejabat korup, dokter-dokter yang mal praktek. Perawat-perawat yang nggak becus ngurusin pasien. Dosen yang nggak begitu cakap dalam membimbing mahasiswanya, teknisi yang kurang bisa dihandalkan, dan peneliti yang kurang bertanggung jawab. Sebenernya masa muda orang-orang semacam itu sangat berpengaruh terhadap masa depannya hari ini. Mereka yang jadi pejabat korup udah bisa ditebak seperti apa masa lalunya. Yaa.. dulu-dulunya pasti nggak jauh-jauh amatlah sama hura-hura, nongkrong, males ngerjain tugas, ngegame dan maen. Beda sama anak yang rajin.

Sob, pendidikan ala islam beda jauh sama pendidikan kapitalis yang udah kita beberkan di atas. Islam mengajarkan seseorang untuk gaul, tapi gaul yang syar’i. Gaul yang syar’i nggak akan membuat seseorang dicap sok alim, sok suci, maupun sok-sok yang lain. Gaul dalam islam berarti ketaatannya terhadap hukum-hukum Allah. Gaul syar’i akan menjadikan kita siswa yang istimewa, cerdas, disenangi banyak teman, cool dan profesional dalam berkarya, karena orang yang gaul secara syar’i selalu menyadari akan adanya penghisaban dalam setiap amal perbuatannya. 

Gaul syar’i tentu nggak akan kita dapetin di bangku sekolah, tapi dengan mengikuti kajian-kajian keislaman yang rutin sehingga bisa membuat kita-kita lebih cerdas. Inget, belajar tsaqafah (ilmu) keislaman itu wajib lhoh.. kata rasul “belajarlah dari buaian hingga liang lahat”. Itu berarti selama kita hidup, selama itu pula kita harus belajar islam. Nggak ada yang namanya menamatkan pendidikan dalam menuntut ilmu islam. 

Kalau ilmu islam udah dikantongin, jangan lupa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. banyak penelitian yang mengatakan bahwa sesuatu yang hanya tresimpan di otak tidak akan bertahan lama kecuali dilakukan / diamalkan. Itulah kenapa kita inget pelajaran pas ujian doang, besok pagi setelah ujian pasti udah kabur. Setelah diamalkan maka langkah ketiga untuk menjadi gaul syar’i adalah dengan mendakwahkan. Dakwah ini adalah aktivitas yang mulia, hukumnya juga wajib bagi laki-laki maupun perempuan.

Firman Allah “Dan orang-orang yang beriman laki-laki maupun perempuan, sebagian merekla menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, medirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasulNya. Mereka akan diberikan rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At Taubah : 71). (Senjabiru)

2 komentar: